Selasa, 22 Juli 2014

Gejala Morfofonemik

Gejala morfofonemik dalam hal ini adalah gejala perubahan, penambahan, pengurangan fonem pada morfem dasar. Hal tersebut biasa terjadi dalam proses pembentukan morfem kompleks atau kata jadian, dan dalam proses pembentukan frase.

Perubahan bentuk ini tidak mengubah arti, hanya perubahan bentuk akibat proses yang dikatakan di atas. Gejala morfofonemik bahasa Sunda meliputi:

a.      metatesis

dikatakan metatesis bila terjadi perubahan tempat pada bentuk dasar, conto:

dalu menjadi ladu, aduy  menjadi ayud

b.      protesis

bila terjadi penambahan fonem pada awal bentuk dasar (fonem inisial) dikatakan protesis, conto:

ai  menjadi nyai, jeung menjadi eujeung, rok menjadi erok, akang menjadi kakang

c.       epentesis

gejala bahasa ini terjadi bila ada fonem yang disisipkan ke dalam bentuk dasar, conto:

kade menjadi kahade, eunteup menjadi euntreup

d.      pararoge

dikatakan pararoge apabila diakhir bentuk dasar ada fonem yang ditambahkan, conto:

kitu menjadi kituh, ema menjadi emah

e.       aferesis

gejala bahasa ini terdapat pengurangan pada awal bentuk dasar, conto:

arek menjadi rek, pilari menjadi ilari

f.       sinkope

terjadi apabila fonem medial (tengah) dikurangi, conto:

ambeh menjadi abeh

g.      apakope

terjadi bila fonem final (akhir) pada bentuk dasar dikurangi, conto:

Italia menjadi Itali, ituh menjadi itu

h.      asimilasi

·         asimilasi progresif terjadi bila fonem yang berada di belakang salah satu fonem pada bentuk dasar terpengaruh oleh fonem yang di depannya, hingga berubah (luluh) menjadi fonem yang berada di depannya, conto:

gambar menjadi gamar, jumblah menjadi jumlah

·         asimilasi regresif terjadi bila fonem yang ada di belakang dari bentuk dasar itu dapat mempengaruhi fonem yang ada di depan, conto:

gepluk menjadi  kepluk, gaplok menjadi kaplok

i.        disimilasi

·         disimilasi progresif yang terjadi bila satu fonem pada bentuk dasar berubah akibat pengaruh fonem yang sama yang ada di depannya, conto:

laleur menjadi lareur, leler menjadi lerer

·         disimilasi regresif yang terjadi bila satu fonem akibat pengaruh fonem yang sama yang ada di belakangnya berubah menjadi fonem lain, conto:

ruruntuk menjadi luruntuk, siraru menjadi silaru

1 komentar:

  1. Boleh tanya?kl kata yg mengalami gejala morfofonemik ini hrs sll kata yg sudah pny makna? Atau hanya terjadi penukaran fonem tanpa ada arti yg berbeda?

    BalasHapus