Ø Sintaksis
Kata
sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein ‘menempatkan’. Jadi
kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat.[8] Sintaksis adalah tata bahasa yang
membahas hubungan antarkata dalam tuturan[9]. Sama halnya dengan morfologi,
akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata.Unsur bahasa
yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan
dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
Definisi menurut ahli:
1. Djoko Kentjono
Sintaksis yaitu hadir
tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya.
2. Abdul Chaer
Sintaksis yaitu bidang
dari tuturan lingustik yang secara tradisional tersebut kata bahasa atau
gramatika.
3. Hari Murti Krida Laksana (1953)
Sintaksis yaitu salah
satu cabang yang membicarakan struktur kalimat, klausa dan frase.
4. Postal (Patmater 1972:117)
Sintaksis yaitu
komponen tata bahasa transformasi yang menurunkan iktisar atau abstraksi yang
mendasari penanda penanda frase hitungan akhir dengan bantuan kaidah-kaidah
tertentu.
5. Farrys (1993:304)
Sintaksis merupakan
studi menghubungkan kata dengan kata dan membentuk satuan yang akan lebih lagi,
yaitu frase, klausa dan kalimat.
6. Chamsky (1957:11)
Sintaksis adalah telaah
mengenal prinsip-prinsip dan proses-proses yang dapat menggunakan membangun
kalimat-kalimat tertentu.
7. Gleason (1955)
Sintaksis adalah bagian
atau cabang ilmu yang membicarakan seluk beluk wacana kalimat, klausa dan juga
frase.
8. Ramly bin Yahyah
(seorang guru)
Sintaksis adalah cabang
ilmu bahasa yang mengkaji bentuk, struktur dan binaan aau kontraksi ayat.
9. Robert (1964:1)
Sintaksis adalah bidang
tata bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara
menyusun kata-kata itu untuk membentuk sebuah kalimat.
10. Ramlan (1976:57)
Sintaksis adalah bagian
dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat.
11. Fromkin dan Rodman
Sintaksis adalah bagian
dari pengetahuan linguistik yang menelaah struktur kalimat.
12. Kridalaksana (1993)
Sintaksis adalah
subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari
gramatika, yaitu morfologi dan cabang linguistik yang mempelajari tentang kata.
Selain itu, beliau juga mendefinisikan sintaksis sebagai pengaturan dan
hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar
itu dalam bahasa.
13. O’ Grady, et. al. 1997
“The system of the
rules and categories that underlines sentence formation in human language”.
Artinya sintaksis adalah aturan dalam sistem pola kalimat dasar dalam bahasa
manusia.
14. Verhaar (1999:161)
Sintaksis adalah tata
bahasa yang membahas hubungan antar kalimat dalam tuturan.
15. Arifin dan Junaiyah (2008:1)
Sintaksis membicarakan
hubungan antarkata dalam tuturan.
16. Arifin (2009)
Sintaksis merupakan
bidang subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan antarkata dalam tuturan
yang meliputi tata susun frase, tata susun klausa, dan tata susun kalimat dalam
suatu bahasa.
17. Manaf (2009:3)
Sintaksis adalah cabang
linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat
yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian
sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.
18. Levinson (1992)
Sintaksis adalah cabang
ilmu bahasa yang mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda bahasa yakni
hubungan antara kata/frasa yang satu dengan lainnya.
19. Tarigan (1985)
Sintaksis adalah salah
satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat,
klausa, dan frase .
20. Hartmann dan Stork (1976)
Sintaksis adalah cabang
tata bahasa mengenai studi penghimpunan kata-kata dalam kalimat-kalimat dan
alat dengan mana hubungan seperti itu terlihat, misalnya tertib kata
atau infleksi.
21. Suhardi (1998:1)
Sintaksis adalah cabang
ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat dan kaidah
penyusunan kalimat.
22. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Sintaksis adalah (1)
pengaturan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar,
(2) cabang linguistik tenttang susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata
kalimat, (3) subsistem yang mencakup hal tersebut.
23. Bloch dan Trager (1942)
Sintaksis adalah
analisis mengenai konstruki-konstruksi yang hanya mengikutsertakan
bentuk-bentuk bebas.
Ø Frasa/Frase
Frasa adalah unsure sintaksis
yang terdiri atas dua unsur atau lebih yang tidak predikatif. Predikatif ini
untuk membedakan frase dari klausa, sebab klausa termasuk unsure sintaksis,
terdiri atas dua unsure atau lebih yang predikatif (memiliki predikat di antara
unsurnya).
Menurut Ramlan
(1987:151) frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih
yang tidak melebihi batas unsur klausa. Adapun Verhaar (1999:292)
mendefinisikan frasa sebagai kelompok kata yang merupakan bagian fungsional
dari tuturan yang lebih panjang. Sementara itu, menurut Koentjoro (dalam
Baehaqie, 2008: 14), frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata
atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan pada umumnya menjadi
pembentuk klausa.
Ø Klausa
Klausa adalah satuan
gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa
kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan
berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai
potensi untuk menjadi kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal
klausa tidak berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi
akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat.
Dalam konstruksinya
yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel, dan Ket, ataupun
tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi, dalam
praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau
lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban.
(Ramlan 1987:89).
Ø Kalimat
Kalimat adalah satuan
bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan
berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda
tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan
kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan
maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P).
Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat
melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.
Ø Gejala Morfofonemik
Gejala morfofonemik
dalam hal ini adalah gejala perubahan, penambahan, pengurangan fonem pada
morfem dasar. Hal tersebut biasa terjadi dalam proses pembentukan morfem
kompleks atau kata jadian, dan dalam proses pembentukan frase.
Perubahan bentuk ini
tidak mengubah arti, hanya perubahan bentuk akibat proses yang dikatakan di
atas. Gejala morfofonemik bahasa Sunda meliputi:
a.
metatesis, dikatakan metatesis bila
terjadi perubahan tempat pada bentuk dasar,
conto:
dalu menjadi ladu, aduy menjadi ayud
b.
protesis, bila terjadi penambahan fonem
pada awal bentuk dasar (fonem inisial) dikatakan protesis,
conto:
ai menjadi nyai, jeung menjadi eujeung,
rok menjadi erok, akang menjadi kakang
c.
epentesis, gejala bahasa ini terjadi
bila ada fonem yang disisipkan ke dalam bentuk dasar,
conto:
kade menjadi kahade, eunteup menjadi euntreup
d.
pararoge, dikatakan pararoge apabila
diakhir bentuk dasar ada fonem yang ditambahkan,
conto:
kitu menjadi kituh, ema menjadi emah
e.
aferesis, gejala bahasa ini terdapat
pengurangan pada awal bentuk dasar,
conto:
arek menjadi rek, pilari menjadi ilari
f.
sinkope, terjadi apabila fonem medial
(tengah) dikurangi,
conto:
ambeh menjadi abeh
g.
apakope, terjadi bila fonem final (akhir)
pada bentuk dasar dikurangi,
conto:
Italia menjadi Itali, ituh menjadi itu
h.
asimilasi
a. asimilasi
progresif terjadi bila fonem yang berada di belakang salah satu fonem pada
bentuk dasar terpengaruh oleh fonem yang di depannya, hingga berubah (luluh)
menjadi fonem yang berada di depannya,
conto:
gambar menjadi gamar, jumblah menjadi jumlah
b. asimilasi
regresif terjadi bila fonem yang ada di belakang dari bentuk dasar itu dapat
mempengaruhi fonem yang ada di depan,
conto:
gepluk menjadi kepluk, gaplok menjadi kaplok
i.
disimilasi
a. disimilasi
progresif yang terjadi bila satu fonem pada bentuk dasar berubah akibat
pengaruh fonem yang sama yang ada di depannya,
conto:
laleur menjadi lareur, leler menjadi lerer
b. disimilasi
regresif yang terjadi bila satu fonem akibat pengaruh fonem yang sama yang ada
di belakangnya berubah menjadi fonem lain,
conto:
ruruntuk menjadi luruntuk, siraru menjadi silaru
Bg file nya izin di pakai untuk tugas ya
BalasHapus