Selasa, 22 Juli 2014

Definisi Sintaksis, Frasa/Frase, Klausa, Kalimat, dan Gejala Morfofonemik

Ø  Sintaksis
         Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein ‘menempatkan’. Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.[8] Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan[9]. Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata.Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
Definisi menurut ahli:
1.    Djoko Kentjono
Sintaksis yaitu hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya.
2.    Abdul Chaer
Sintaksis yaitu bidang dari tuturan lingustik yang secara tradisional tersebut kata bahasa atau gramatika.
3. Hari Murti Krida Laksana (1953)
Sintaksis yaitu salah satu cabang yang membicarakan struktur kalimat, klausa dan frase.
4.    Postal (Patmater 1972:117)
Sintaksis yaitu komponen tata bahasa transformasi yang menurunkan iktisar atau abstraksi yang mendasari penanda penanda frase hitungan akhir dengan bantuan kaidah-kaidah tertentu.
5.    Farrys (1993:304)
Sintaksis merupakan studi menghubungkan kata dengan kata dan membentuk satuan yang akan lebih lagi, yaitu frase, klausa dan kalimat.
6.    Chamsky (1957:11)
Sintaksis adalah telaah mengenal prinsip-prinsip dan proses-proses yang dapat menggunakan membangun kalimat-kalimat tertentu.

7.      Gleason (1955)
Sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu yang membicarakan seluk beluk wacana kalimat, klausa dan juga frase.
8.      Ramly bin Yahyah (seorang guru)
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bentuk, struktur dan binaan aau kontraksi ayat.
9.      Robert (1964:1)
Sintaksis adalah bidang tata bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata itu untuk membentuk sebuah kalimat.
10.  Ramlan (1976:57)
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat.
11.  Fromkin dan Rodman
Sintaksis adalah bagian dari pengetahuan linguistik yang menelaah struktur kalimat.
12.  Kridalaksana (1993)
Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari gramatika, yaitu morfologi dan cabang linguistik yang mempelajari tentang kata. Selain itu, beliau juga mendefinisikan sintaksis sebagai pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.
13.  O’ Grady, et. al. 1997
“The system of the rules and categories that underlines sentence formation in human language”. Artinya sintaksis adalah aturan dalam sistem pola kalimat dasar dalam bahasa manusia.
14.  Verhaar (1999:161)
Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kalimat dalam tuturan.
15.  Arifin dan Junaiyah (2008:1)
Sintaksis membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan.


16.  Arifin (2009)
Sintaksis merupakan bidang subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan antarkata dalam tuturan yang meliputi tata susun frase, tata susun klausa, dan tata susun kalimat dalam suatu bahasa.
17.  Manaf (2009:3)
Sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.
18.  Levinson (1992)
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda bahasa yakni hubungan antara kata/frasa yang satu dengan lainnya.
19. Tarigan (1985)
Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frase .
20.  Hartmann dan Stork (1976)
Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi penghimpunan kata-kata dalam kalimat-kalimat dan alat dengan mana hubungan seperti itu terlihat, misalnya tertib kata
atau infleksi.
21. Suhardi (1998:1)
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat.
22.    Kamus Besar Bahasa Indonesia
Sintaksis adalah (1) pengaturan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar, (2) cabang linguistik tenttang  susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata kalimat, (3) subsistem yang mencakup hal tersebut.
23.    Bloch dan Trager (1942)
Sintaksis adalah analisis mengenai konstruki-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas.

Ø  Frasa/Frase
Frasa adalah unsure sintaksis yang terdiri atas dua unsur atau lebih yang tidak predikatif. Predikatif ini untuk membedakan frase dari klausa, sebab klausa termasuk unsure sintaksis, terdiri atas dua unsure atau lebih yang predikatif (memiliki predikat di antara unsurnya).
Menurut Ramlan (1987:151) frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas unsur klausa. Adapun Verhaar (1999:292) mendefinisikan frasa sebagai kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Sementara itu, menurut Koentjoro (dalam Baehaqie, 2008: 14), frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan pada umumnya menjadi pembentuk klausa.
Ø  Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat.
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel, dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi, dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban. (Ramlan 1987:89).
Ø  Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.


Ø  Gejala Morfofonemik
Gejala morfofonemik dalam hal ini adalah gejala perubahan, penambahan, pengurangan fonem pada morfem dasar. Hal tersebut biasa terjadi dalam proses pembentukan morfem kompleks atau kata jadian, dan dalam proses pembentukan frase.
Perubahan bentuk ini tidak mengubah arti, hanya perubahan bentuk akibat proses yang dikatakan di atas. Gejala morfofonemik bahasa Sunda meliputi:
a.            metatesis, dikatakan metatesis bila terjadi perubahan tempat pada bentuk dasar,
conto: dalu menjadi ladu, aduy  menjadi ayud
b.           protesis, bila terjadi penambahan fonem pada awal bentuk dasar (fonem inisial) dikatakan protesis,
conto: ai  menjadi nyai, jeung menjadi eujeung, rok menjadi erok, akang menjadi kakang
c.            epentesis, gejala bahasa ini terjadi bila ada fonem yang disisipkan ke dalam bentuk dasar,
conto: kade menjadi kahade, eunteup menjadi euntreup
d.           pararoge, dikatakan pararoge apabila diakhir bentuk dasar ada fonem yang ditambahkan,
conto: kitu menjadi kituh, ema menjadi emah
e.            aferesis, gejala bahasa ini terdapat pengurangan pada awal bentuk dasar,
conto: arek menjadi rek, pilari menjadi ilari
f.            sinkope, terjadi apabila fonem medial (tengah) dikurangi,
conto: ambeh menjadi abeh
g.           apakope, terjadi bila fonem final (akhir) pada bentuk dasar dikurangi,
conto: Italia menjadi Itali, ituh menjadi itu
h.           asimilasi
a.       asimilasi progresif terjadi bila fonem yang berada di belakang salah satu fonem pada bentuk dasar terpengaruh oleh fonem yang di depannya, hingga berubah (luluh) menjadi fonem yang berada di depannya,
conto: gambar menjadi gamar, jumblah menjadi jumlah
b.      asimilasi regresif terjadi bila fonem yang ada di belakang dari bentuk dasar itu dapat mempengaruhi fonem yang ada di depan,
conto: gepluk menjadi  kepluk, gaplok menjadi kaplok
i.             disimilasi
a.       disimilasi progresif yang terjadi bila satu fonem pada bentuk dasar berubah akibat pengaruh fonem yang sama yang ada di depannya,
conto: laleur menjadi lareur, leler menjadi lerer
b.      disimilasi regresif yang terjadi bila satu fonem akibat pengaruh fonem yang sama yang ada di belakangnya berubah menjadi fonem lain,

conto: ruruntuk menjadi luruntuk, siraru menjadi silaru

1 komentar: