Selasa, 22 Juli 2014

Rumpaka Pupuh

Balakbak
( Tema: Kabudayaan )

Papakéan urang sunda alus pisan, haradé (15-é)
Lamun anu gareulis make kabaya, awéwé (15-é)
Lalakina lalakina make iket tur dipangsi, karasép (19-é)

Ku: Agung Gumelar


Asmarandana
( Tema: Politik )

Hey pejabat sing aréling (8-i)
Anjeun teh wakil rahayat (8-a)
Ulah sok korupsi waé (8-é)
Kudu inget kanu dosa (8-a)
Lamun geus dipenjara (7-a)
Nu aya sakur kaduhung (8-u)
Nagara nu katempuhan (8-a)


Ku: Agung Gumelar

Sintaksis

          Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein ‘menempatkan’. Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.[8] Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan[9]. Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata.Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
Definisi menurut ahli:
1.    Djoko Kentjono

Sintaksis yaitu hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya.

2.    Abdul Chaer

Sintaksis yaitu bidang dari tuturan lingustik yang secara tradisional tersebut kata bahasa atau gramatika.
3. Hari Murti Krida Laksana (1953)

Sintaksis yaitu salah satu cabang yang membicarakan struktur kalimat, klausa dan frase.

4.    Postal (Patmater 1972:117)

Sintaksis yaitu komponen tata bahasa transformasi yang menurunkan iktisar atau abstraksi yang mendasari penanda penanda frase hitungan akhir dengan bantuan kaidah-kaidah tertentu.

5.    Farrys (1993:304)

Sintaksis merupakan studi menghubungkan kata dengan kata dan membentuk satuan yang akan lebih lagi, yaitu frase, klausa dan kalimat.

6.    Chamsky (1957:11)

Sintaksis adalah telaah mengenal prinsip-prinsip dan proses-proses yang dapat menggunakan membangun kalimat-kalimat tertentu.

7.      Gleason (1955)

Sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu yang membicarakan seluk beluk wacana kalimat, klausa dan juga frase.

8.      Ramly bin Yahyah (seorang guru)

Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bentuk, struktur dan binaan aau kontraksi ayat.

9.      Robert (1964:1)

Sintaksis adalah bidang tata bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata itu untuk membentuk sebuah kalimat.

10.  Ramlan (1976:57)

Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat.

11.  Fromkin dan Rodman

Sintaksis adalah bagian dari pengetahuan linguistik yang menelaah struktur kalimat.

12.  Kridalaksana (1993)

Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari gramatika, yaitu morfologi dan cabang linguistik yang mempelajari tentang kata. Selain itu, beliau juga mendefinisikan sintaksis sebagai pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.

13.  O’ Grady, et. al. 1997

“The system of the rules and categories that underlines sentence formation in human language”. Artinya sintaksis adalah aturan dalam sistem pola kalimat dasar dalam bahasa manusia.

14.  Verhaar (1999:161)

Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kalimat dalam tuturan.

15.  Arifin dan Junaiyah (2008:1)

Sintaksis membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan.

16.  Arifin (2009)

Sintaksis merupakan bidang subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan antarkata dalam tuturan yang meliputi tata susun frase, tata susun klausa, dan tata susun kalimat dalam suatu bahasa.

17.  Manaf (2009:3)

Sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.

18.  Levinson (1992)

Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda bahasa yakni hubungan antara kata/frasa yang satu dengan lainnya.

19. Tarigan (1985)

Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frase .

20.  Hartmann dan Stork (1976)

Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi penghimpunan kata-kata dalam kalimat-kalimat dan alat dengan mana hubungan seperti itu terlihat, misalnya tertib kata
atau infleksi.

21. Suhardi (1998:1)

Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat.

22.    Kamus Besar Bahasa Indonesia

Sintaksis adalah (1) pengaturan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar, (2) cabang linguistik tenttang  susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata kalimat, (3) subsistem yang mencakup hal tersebut.

23.    Bloch dan Trager (1942)

Sintaksis adalah analisis mengenai konstruki-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas.

Definisi Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. 

Definisi Sintaksis, Frasa/Frase, Klausa, Kalimat, dan Gejala Morfofonemik

Ø  Sintaksis
         Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein ‘menempatkan’. Jadi kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.[8] Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan[9]. Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata.Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
Definisi menurut ahli:
1.    Djoko Kentjono
Sintaksis yaitu hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya.
2.    Abdul Chaer
Sintaksis yaitu bidang dari tuturan lingustik yang secara tradisional tersebut kata bahasa atau gramatika.
3. Hari Murti Krida Laksana (1953)
Sintaksis yaitu salah satu cabang yang membicarakan struktur kalimat, klausa dan frase.
4.    Postal (Patmater 1972:117)
Sintaksis yaitu komponen tata bahasa transformasi yang menurunkan iktisar atau abstraksi yang mendasari penanda penanda frase hitungan akhir dengan bantuan kaidah-kaidah tertentu.
5.    Farrys (1993:304)
Sintaksis merupakan studi menghubungkan kata dengan kata dan membentuk satuan yang akan lebih lagi, yaitu frase, klausa dan kalimat.
6.    Chamsky (1957:11)
Sintaksis adalah telaah mengenal prinsip-prinsip dan proses-proses yang dapat menggunakan membangun kalimat-kalimat tertentu.

7.      Gleason (1955)
Sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu yang membicarakan seluk beluk wacana kalimat, klausa dan juga frase.
8.      Ramly bin Yahyah (seorang guru)
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji bentuk, struktur dan binaan aau kontraksi ayat.
9.      Robert (1964:1)
Sintaksis adalah bidang tata bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata itu untuk membentuk sebuah kalimat.
10.  Ramlan (1976:57)
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat.
11.  Fromkin dan Rodman
Sintaksis adalah bagian dari pengetahuan linguistik yang menelaah struktur kalimat.
12.  Kridalaksana (1993)
Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari gramatika, yaitu morfologi dan cabang linguistik yang mempelajari tentang kata. Selain itu, beliau juga mendefinisikan sintaksis sebagai pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.
13.  O’ Grady, et. al. 1997
“The system of the rules and categories that underlines sentence formation in human language”. Artinya sintaksis adalah aturan dalam sistem pola kalimat dasar dalam bahasa manusia.
14.  Verhaar (1999:161)
Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kalimat dalam tuturan.
15.  Arifin dan Junaiyah (2008:1)
Sintaksis membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan.


16.  Arifin (2009)
Sintaksis merupakan bidang subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan antarkata dalam tuturan yang meliputi tata susun frase, tata susun klausa, dan tata susun kalimat dalam suatu bahasa.
17.  Manaf (2009:3)
Sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.
18.  Levinson (1992)
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda bahasa yakni hubungan antara kata/frasa yang satu dengan lainnya.
19. Tarigan (1985)
Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frase .
20.  Hartmann dan Stork (1976)
Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi penghimpunan kata-kata dalam kalimat-kalimat dan alat dengan mana hubungan seperti itu terlihat, misalnya tertib kata
atau infleksi.
21. Suhardi (1998:1)
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki struktur kalimat dan kaidah penyusunan kalimat.
22.    Kamus Besar Bahasa Indonesia
Sintaksis adalah (1) pengaturan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar, (2) cabang linguistik tenttang  susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata kalimat, (3) subsistem yang mencakup hal tersebut.
23.    Bloch dan Trager (1942)
Sintaksis adalah analisis mengenai konstruki-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas.

Ø  Frasa/Frase
Frasa adalah unsure sintaksis yang terdiri atas dua unsur atau lebih yang tidak predikatif. Predikatif ini untuk membedakan frase dari klausa, sebab klausa termasuk unsure sintaksis, terdiri atas dua unsure atau lebih yang predikatif (memiliki predikat di antara unsurnya).
Menurut Ramlan (1987:151) frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas unsur klausa. Adapun Verhaar (1999:292) mendefinisikan frasa sebagai kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Sementara itu, menurut Koentjoro (dalam Baehaqie, 2008: 14), frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan pada umumnya menjadi pembentuk klausa.
Ø  Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat (Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat.
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan O, Pel, dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi, dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban. (Ramlan 1987:89).
Ø  Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.


Ø  Gejala Morfofonemik
Gejala morfofonemik dalam hal ini adalah gejala perubahan, penambahan, pengurangan fonem pada morfem dasar. Hal tersebut biasa terjadi dalam proses pembentukan morfem kompleks atau kata jadian, dan dalam proses pembentukan frase.
Perubahan bentuk ini tidak mengubah arti, hanya perubahan bentuk akibat proses yang dikatakan di atas. Gejala morfofonemik bahasa Sunda meliputi:
a.            metatesis, dikatakan metatesis bila terjadi perubahan tempat pada bentuk dasar,
conto: dalu menjadi ladu, aduy  menjadi ayud
b.           protesis, bila terjadi penambahan fonem pada awal bentuk dasar (fonem inisial) dikatakan protesis,
conto: ai  menjadi nyai, jeung menjadi eujeung, rok menjadi erok, akang menjadi kakang
c.            epentesis, gejala bahasa ini terjadi bila ada fonem yang disisipkan ke dalam bentuk dasar,
conto: kade menjadi kahade, eunteup menjadi euntreup
d.           pararoge, dikatakan pararoge apabila diakhir bentuk dasar ada fonem yang ditambahkan,
conto: kitu menjadi kituh, ema menjadi emah
e.            aferesis, gejala bahasa ini terdapat pengurangan pada awal bentuk dasar,
conto: arek menjadi rek, pilari menjadi ilari
f.            sinkope, terjadi apabila fonem medial (tengah) dikurangi,
conto: ambeh menjadi abeh
g.           apakope, terjadi bila fonem final (akhir) pada bentuk dasar dikurangi,
conto: Italia menjadi Itali, ituh menjadi itu
h.           asimilasi
a.       asimilasi progresif terjadi bila fonem yang berada di belakang salah satu fonem pada bentuk dasar terpengaruh oleh fonem yang di depannya, hingga berubah (luluh) menjadi fonem yang berada di depannya,
conto: gambar menjadi gamar, jumblah menjadi jumlah
b.      asimilasi regresif terjadi bila fonem yang ada di belakang dari bentuk dasar itu dapat mempengaruhi fonem yang ada di depan,
conto: gepluk menjadi  kepluk, gaplok menjadi kaplok
i.             disimilasi
a.       disimilasi progresif yang terjadi bila satu fonem pada bentuk dasar berubah akibat pengaruh fonem yang sama yang ada di depannya,
conto: laleur menjadi lareur, leler menjadi lerer
b.      disimilasi regresif yang terjadi bila satu fonem akibat pengaruh fonem yang sama yang ada di belakangnya berubah menjadi fonem lain,

conto: ruruntuk menjadi luruntuk, siraru menjadi silaru

Hubungan Antar Klausa

Sebuah kalimat majemuk, baik setara mupun bertingkat, terdiri atas lebih dari satu klausa yang saling berhubungan. Ada dua macam hubungan antarklausa, yaitu hubungan koordinatif (setara) dan hubungan subordinatif (bertingkat/tak setara).

1. Hubungan antarklausa yang koordinatif
Hubungan koordinatif menunjukkan hubungan yang setara. Kata penghubung yang digunakan hanya mengkoordinasi klausa yang setara. Hubungan koordinatif menghasilkan klausa yang sama kedudukannya, tidak menunjukkan hierarki karena klausa yang satu tidak menjadi bagian dari klausa yang lain. Yang dihasilkan bukan kalimat majemuk bertingkat, melainkan kalimat majemuk setara. Jadi, kata penghubung pada klausa setara tidak masuk ke dalam klausa mana pun, tetapi berdiri sendiri. Hubungan antarklausa yang koordinatif dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
(1)   Hubungan aditif (jumlah)
Hubungan jumlah ditunjukkan klausa kedua berisikan informasi yang menambahkan isi informasi pada klausa pertama. Kata penghubung yang digunakan adalah dan atau bersama.
- Saya dan Hardi pergi ke sekolah.
- Saya bersama teman-teman memancing di laut.
Perbedaan antara kata hubung dan dengan bersama adalah kata hubung dan dapat menghubungkan nomina/frasa nomina dan nomina/frasa nominal atau pun verba/frasa verbal dan verba/frasa verbal. Sedangkan kata hubung bersama menghubungkan nomina/frasa nominal dan nomina/frasa nominal
(2)   Hubungan adversatif (pertentangan)
Hubungan pertentangan biasanya ditunjukkan oleh klausa kedua yang berisikan informasi yang bertentangan dengan isi informasi pada klausa pertama. Hubungan pertentangan terdiri atas pertentangan yang menyatakan penguatan, pertentangan yang menyatakan implikasi, dan pertentangan yang menyatakan perluasan.
(a) Hubungan pertentangan yang menyatakan penguatan ditunjukkan oleh klausa kedua yang menyatakan sesuatu yang merupakan pertentangan yang menguatkan dan menandasakan infoemasi pada klausa pertama.
- Ia tidak hanya rajin dan pandai, tetapi juga teliti dan rendah hati.
 (b) Hubungan pertentangan yang menyatakan implikasi ditunjukkan oleh klausa kedua yang berisikan pertentangan terhadap implikasi informasi yang dinyatakan oleh klausa pertama.
- Adikku belum bersekolah, tetapi ia sudah bisa membaca dengan mengeja.
- Aku sudah lama berdagang, tetapi belum juga punya banyak uang.
(c) Hubungan pertentangan menyatakan perluasan yang ditunjukkan oleh klausa kedua yang berisikan informasi tambahan untuk melengkapi apa yang dinyatakan oleh klausa pertama. Kadang-kadang informasi justru memperlemah klausa pertama.
- Budaya daerah harus dijaga, tetapi budaya luar yang baik jangan ditolak.
- Anak-anak Indonesia harus diajari bahasa Indonesia dengan baik, tetapi bahasa asing perlu juga dikuasai untuk memperluas cakrawala.
(3) Hubungan alternatif (pilihan)
Hubungan pilihan adalah hubungan yang menyatakan pilihan di antara berbagai kemungkinan yang ada yang ditunjukkan oleh klausa yang dihubungkan itu. Hubungan pilihan dapat menyatakan pertentangan, tetapi juga tidak.
(a) Hubungan pilhan yang menyatakan pertentangan
- Aku terus bersekolah dengan sengsara atau berhenti, lalu mencari uang.
- Kau harus mengatakan kebenaran atau kau harus berbohong dengan mendustai dirimu sendiri?
(b) Hubungan pilihan yang tidak menyatakan pertentangan
- Dia duduk merenungkan masa lalu ataukah sedang merancang masa datang?
- Kamu datang ke sini mau belajar atau mau main kartu?
2. Hubungan antarklausa subordinatif
Hubungan antarklausa subordinatif menunjukkan hubungan yang hierarkis. Kata penghubung yang digunakan menyebabkan klausa yang berada di bawah klausa yang lain karena klausa yang satu menjadi bagian dari klausa yang lain. Yang dihasilkan adalah kalimat majemuk bertingkat.
Dengan kata lain, kata penghubung pada klausa hierarkis masuk ke dalam klausa subordinat. Hubungan antara klausa subordinatif dan klausa utama ditentukan oleh jenis dan fungsi klausa subordinatif. Hubungan itu ditunjukkan oleh jenis kata penghubung (subordinatif) yang digunakan.
(1)   Hubungan sebab
Hubungan sebab terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Kata penghubung yang digunakan adalah sebab, karena, dan oleh karena.
(2)   Hubungan akibat
Hubungan akibat terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan akibat dari kejadian atau perbuatan yang dinyatakan dalam klausa utama. Kata penghubung yang digunakan adalah akibat, akibatnya, dan hasilnya.

(3)   Hubungan tujuan
Hubungan tujuan terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan tujuan dri apa yang disebut oleh klausa pertama. Kata penghubung yang digunakan adalah untuk, demi, agar, dan biar.
(4)   Hubungan syarat
Klausa subordinatif kalimat yang menunjukkan hubungan syarat menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebutkan oleh klausa pertama. Kata penghubung yang digunakan adalah jika, kalau, jikalau, dan asalkan.
(5)   Hubungan waktu
Hubungan waktu ditunjukkan oleh klausa koordinatif yang menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa atau keadaan yang disebutkan oleh klausa pertama. Hubungan waktu terbagi menjadi waktu permulaan, waktu bersamaan, waktu berurutan, waktu batas akhir terjadinya peristiwa atau keadaan.
(a)   Waktu batas permulaan
Waktu batas permulaan ditandai oleh kata penghubung sejak atau sedari
(b)   Waktu bersamaan
Waktu bersamaan ditandai oleh kata penghubung ketika, pada waktu, (se)waktu, serta, seraya, sambil, sementara, selagi, selama, dan tatkala.
(c)    Waktu berurutan
Waktu berurutan ditandai oleh kata penghubung sebelum, sehabis, setelah, sesudah, seusai, dan begitu.
(d)   Waktu batas akhir
Waktu batas akhir digunakan untuk menyatakan akhir atau ujung suatu proses. Waktu batas akhir ditandai oleh kata penghubung samapi dan kepada.
(6)   Hubungan konsesif
Hubungan konsesif terdapat di dalam kalimat subordinatif yang klausa pertamanya tidak mengubah pernyataan yang terdapat di dalam klausa pertama. Hubungan konsesif biasanya ditandai oleh kata penghubung sungguh (pun), biar (pun), meski (pun), walau (pun), sekali (pun), dan kendati (pun).
(7)   Hubungan cara
Hubungan cara ditandai oleh kata penghubung dengan atau tanpa. Klausa subordinatifnya menyatakan cara pelaksanaan sesuatu.
(8)   Hubungan kenyataan
Klausa subordinatif pada hubungan kenyataan atau hubungan komplementatif bertugas melengkapi verba atau melengkapi nomina subjek.
(9)   Hubungan alat
Hubungan alat terdapat pada kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan alat yang disebutkan oleh klausa utama. Kata penghubung yang digunakan adalah dengan, tidak dengan, memakai, dan menggunakan.

(10)           Hubungan perbandingan
Hubungan perbandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatif dan klausa utamanya memiliki unsur yang sama dan tarafnya bersifat sama (ekuatif) atau unurnya sama, tetapi tarafnya berbeda (komparatif).
(a)   Hubungan ekuatif
Hubungan ekuatif mempersyaratkan persamaan taraf antara klausa utama dan klausa subordinatif. Bentuk persamaan yang digunakan adalah sama+adjektiva+dengan atau se-+adjektiva
(b)   Hubungan komparatif
Hubungan komparatif mempersyaratkan perbedaan taraf antara klausa utama dan klausa subordinatif. Bentuk komparasi yang digunakan adalah lebih/kurang+dari atau lebih/kurang+adjektiva+daripada.
(11)           Hubungan hasil
Hubungan hasil terdapat di dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Hubungan hasil ditandai oleh kata penghubung sampai, sampai-sampai, sehingga, dan maka.
(12)           Hubungan atributif
Hubungan atributif ditandai oleh kata penghubung subordinatif yang. Terdapat dua macam hubungan atributif, yaitu atributif restriktif dan atributif takrestriktif. Kalusa dengan yang itu sering juga disebut kalusa relatif.
(a)   Hubungan atributif restriktif
Hubungan seperti ini mewatasi makna nomina yang diterangkannya. Akibatnya, keterangan pewatas itu menjadi bagian integral dari nomina yang diterangkannya itu.
- Istrinya yang tinggal di Bogor berjualan telur.
(b) Hubungan atributif takrestriktif
Klausa relatif pada hubungan atributif takrestriktif hanya memberikan tambahan informasi pada nomina yang diterangkannya. Jadi, kalusa relatif itu tidak merupakan keterangan pewatas bagi nomina yang diterangkannya itu. Di dalam bahasa tulis, kalimat dengan klausa relatif yang menjadi keterangan tambahan itu diapit oleh tanda koma.
- Istrinya, yang tinggal di Bogor, berjualan telur
(13) Hubungan andaian
Klausa subordinatif pada hubungan pengandaian berisikian andaian atas sesuatu yang terdapat pada klausa utama. Di dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa jenis andaian, seperti:
(a)   Andaian yang tidak mungkin terjadi
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung andai kata, seandainya, dan andaikan.

(b)   Andaian yang mungkin terjadi
Andaian jenis ini biasanya menggunakan kata penghubung pengandaian jika, kalau, jikalau, apabila, dan bilamana.
(c)    Andaian yang menggambarkan kekhawatiran
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung jangan-jangan.
(d)   Andaian yang berhubungan dengan ketidakpastian.
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung kalau-kalau.



(14) Hubungan optatif

Klausa utama kalimat majemuk yang berisikan hubungan optatif menyatakan harapan agar apa yang ada pada klausa subordinatif dapat terjadi. Kata penghubung yang digunakan adalah agar, semoga, moga-moga, dan mudah-mudahan

Gejala Morfofonemik

Gejala morfofonemik dalam hal ini adalah gejala perubahan, penambahan, pengurangan fonem pada morfem dasar. Hal tersebut biasa terjadi dalam proses pembentukan morfem kompleks atau kata jadian, dan dalam proses pembentukan frase.

Perubahan bentuk ini tidak mengubah arti, hanya perubahan bentuk akibat proses yang dikatakan di atas. Gejala morfofonemik bahasa Sunda meliputi:

a.      metatesis

dikatakan metatesis bila terjadi perubahan tempat pada bentuk dasar, conto:

dalu menjadi ladu, aduy  menjadi ayud

b.      protesis

bila terjadi penambahan fonem pada awal bentuk dasar (fonem inisial) dikatakan protesis, conto:

ai  menjadi nyai, jeung menjadi eujeung, rok menjadi erok, akang menjadi kakang

c.       epentesis

gejala bahasa ini terjadi bila ada fonem yang disisipkan ke dalam bentuk dasar, conto:

kade menjadi kahade, eunteup menjadi euntreup

d.      pararoge

dikatakan pararoge apabila diakhir bentuk dasar ada fonem yang ditambahkan, conto:

kitu menjadi kituh, ema menjadi emah

e.       aferesis

gejala bahasa ini terdapat pengurangan pada awal bentuk dasar, conto:

arek menjadi rek, pilari menjadi ilari

f.       sinkope

terjadi apabila fonem medial (tengah) dikurangi, conto:

ambeh menjadi abeh

g.      apakope

terjadi bila fonem final (akhir) pada bentuk dasar dikurangi, conto:

Italia menjadi Itali, ituh menjadi itu

h.      asimilasi

·         asimilasi progresif terjadi bila fonem yang berada di belakang salah satu fonem pada bentuk dasar terpengaruh oleh fonem yang di depannya, hingga berubah (luluh) menjadi fonem yang berada di depannya, conto:

gambar menjadi gamar, jumblah menjadi jumlah

·         asimilasi regresif terjadi bila fonem yang ada di belakang dari bentuk dasar itu dapat mempengaruhi fonem yang ada di depan, conto:

gepluk menjadi  kepluk, gaplok menjadi kaplok

i.        disimilasi

·         disimilasi progresif yang terjadi bila satu fonem pada bentuk dasar berubah akibat pengaruh fonem yang sama yang ada di depannya, conto:

laleur menjadi lareur, leler menjadi lerer

·         disimilasi regresif yang terjadi bila satu fonem akibat pengaruh fonem yang sama yang ada di belakangnya berubah menjadi fonem lain, conto:

ruruntuk menjadi luruntuk, siraru menjadi silaru

Pengertian Fonologi

Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi.  Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Berikut pengertian Fonologi menurut para ahli.
·         Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
·         Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:244), fonologi dimaknai sebagai  ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi.
·         Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30).
·         Dipetik dari Kamus Dewan (1996 : 354) fonetik ialah ilmu bahasa yang berkaitan dengan penyebutan kata dan lambang yang menunjukkan sebutannya.
·         Kamus Linguistik Harimurthi Kirdalaksana  (1984:61) mentakrifkan fonologi adalah – “merupakan satu bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi bahasa mengikut fungsinya.”


Conto Biantara Basa Sunda

BIANTARA PATURAY TINEUNG SASTRA SUNDA UNPAD

            Assalamualaikum Wr. Wb
            Sampuarasun. Wilujeng Enjing Sadayana.
            Bapa Rektor Unpad anu dipihormat, Bapa Pupuhu Jurusan Sastra Sunda anu dipihormat, Ibu miwah Bapa dosen anu dipihormat, para tamu uleman sepuh mahasiswa anu sami-sami linggih, rerencangan saentragan sareng adi-adi kelas anu ku abdi dipikareueus.
            Langkung tipayun mangga urang sanggakeun puji sareng sukur ka Allah SWT., nu tos maparin waktos ka urang sadayana dugi ka tiasa patepung lawung patepang wajah dina ieu acara. Teu hilap solawat sarta salam urang sanggakeung ka panutan alam Nabi Muhammad SAW.
            Para wargi anu dipihormat, teu karaos asa cikeneh sim kuring saparakanca ditampi di ieu kampus, nanging kiwari tos bade ngantunkeun deui ieu kampus. Waktos opat taun teh asa sakocepat pisan. Nya dina danget ayeuna pisan, abdi kapapancenan ngawakilan rerencangan saentragan seja ngahaturkeun nuhun kana kasaean Ibu sareng Bapa dosen di ieu kampus. Mugia amal kasaean Ibu sareng Bapa dosen dibales ku Nu Maha Kawasa.
            Sajabi ti ngahaturkeun nuhun, teu hilap abdi saparakanca neda dihapunteun. Salaku jalma biasa anu masih keneh atah sareng didikeun keneh, seueur pisan tingkah laku, tindak tanduk, atanapi paripolah anu tangtos moal luput tinu kalepatan. Pamundut, mugia tina ati anu wening, manah anu setra, Ibu sareng Bapa guru ngahapunten sagala rupi kalepatan abdi saparakanca salami nyuprih elmu di ieu kampus.
            Kalawan asmana rerencangan, sateuacan abdi sadaya amit mungkur di ieu kampus, neda rido galihna ti Ibu sareng Bapa guru kersa ngajajapkeun abdi sadaya ku pangjurung nu mangrupi du’a, mugia abdi sadaya tiasa ngahontal cita-cita sareng janten jalmi anu soleh. Amin.
            Hadirin anu dipihormat, kalawan asmana rerencangan, cekap sakitu abdi nyanggakeun pihatur. Pamungkas pisanggem, bilih aya basa anu kirang entep seureuhna, atanapi kecap anu kirang merenah larapna, mugia kersa ngahapunten.
            Amit mungkur, sapu nyere pegat simpay, paturay patepang deui.
            Wassalamualaikum Wr. Wb.