Senin, 23 April 2012

Cerpen Terpesona Pada Pandangan Pertama..


TERPESONA PADA PANDANGAN PERTAMA

          Pagi ini , adalah pagi dimana  aku pertama kalinya menjadi murid SMA. Aku merasa sangat senang sekali tetapi juga merasa malu karena harus bertemu dan beradaptasi dengan teman-teman baru dan guru-guru yang baru pula.
            Teeet… Teeet… Teeet…
            Tepat pukul 07.00 WIB bel pun berbunyi, aku pun harus memasuki kelas baruku. Dibarengi dengan guru yang ternyata wali kelas baruku.
            “Assalamualaikum.Wr.Wb.” Sapa wali kelasku.
            “Waalaikumsalam.Wr.Wb.” Jawab teman-teman kelasku serempak.
            “Perkenalkan nama ibu, Tina. Ibu adalah wali kelas baru kalian. Nah, sekarang giliran kalian yang memperkenalkan diri, dimulai dari kamu.” Ucap Bu Tina sambil menunjuk ke arahku dan aku pun langsung berdiri.
            “Hai… Namaku Agum, aku dari SMP Negeri 50 Bandung. Terima kasih.”
            Setelah bergiliran, tak sengaja aku melihat seorang perempuan yang sedang memperkenalkan dirinya. Sesaat aku melihat wajahnya.
            “Waw… Cantik sekali perempuan itu.” Ujarku dalam hati.
            Sepertinya aku terpesona pada pandangan pertamaku kepadanya. Dan dia pun memperkenalkan dirinya.
            “Namaku Rara. Aku dari SMP Negeri 18 Bandung.” Ucapnya.
            “Oh… Ternyata dia bernama Rara.” Ujarku dalam hati.
Tak terasa bel pulang pun berbunyi. Aku pulang dengan hati yang berbunga-bunga. Tak henti-hentinya aku terus memikirkan perempuan itu yang telah membuatku jatuh cinta.
Tiga hari kemudian, ada berita yang mengagetkanku. Aku sangat kecewa mendengar berita itu. Ternyata kelasnya diacak lagi.
“Aaaah… Padahal baru saja beberapa hari aku kenal dengannya. Kenapa harus diacak lagi sih !” ujarku kesal dalam hati sambil mencari kelas baruku.
Aku pun menemukan kelas baruku dan bertemu dengan teman-teman baru lagi. Termasuk si Aji. Aku mengobrol banyak dengannya. Setelah lama mengobrol, Aji mengajakku untuk ikut Ekskul Futsal.
“Eh Gum, kamu bisa main futsal ga ?” tanya Aji.
“Bisa donk... Kenapa gitu Ji ?” jawabku dan balik bertanya padanya.
“Ikutan Ekskul Futsal yuk…” Ajak Aji.
“Emm… Emang tiap hari apa aja gitu ?”
“Apaan ??”
“Ya latihannya atuh.” Sahutku.
“Oh… Tiap hari Selasa, Kamis, sama Sabtu. Gimana mau ikut ga ?” ajak dia lagi.
“Emm… Hayu atuh aku ikutan ah.” Jawabku.
“Sip… Aku tunggu ya nanti pas latihan.”
“Okee… Okee…”
Setelah pulang sekolah, aku langsung ikut latihan dengan teman-teman yang lain. Dari hari ke hari aku selalu ikut latihan futsal. Dan pada suatu hari saat sedang latihan, aku melihat Rara ikut bergabung dengan teman-teman futsalku yang lain. Aku sedikit heran, ngapain dia ikut gabung sama teman-teman futsalku.
Lalu Bu Tari pun datang, Bu Tari adalah seorang pelatih futsalku. Setelah itu Bu Tari langsung memperkenalkan seseorang yang ternyata adalah pujaan hatiku selama ini, Rara.
“Helo anak-anak…” sapa Bu Tari cukup ramah
            “Helo Mamih…” jawab teman-temanku yang lain, aku dan teman-teman memang biasa memanggil Bu Tari  dengan sapaan “Mamih”, biar lebih akrab katanya.
            “Ini ada anggota baru yang ingin gabung sama kalian.” Ujar Mamih.
            “Hai… aku Rara, mohon kerja samanya ya,” kata Rara.
            “Hah ? Rara mau ikutan main futsal Mam ?” Tanya Aji heran.
            “Ya engga lah… Rara disini bakal jadi Manager Futsal kalian.” Ujar Bu Tari.
            Aku pun tersenyum-senyum mengetahui kalau Rara jadi Manager Futsal.
            “Duuuh si Agum senyum-senyum sendiri  tuh tau si Rara jadi Manager Futsal, kamu suka ya sama Rara ?” celetuk Aji padaku.
            “Eh, engga ko engga ah nge-gosip aja si Aji mah.” Jawabku sedikit malu dengan muka memerah.
            “Hahaha…” semua mentertawakanku.
             Hari itu aku teramat sangat senang sekali, karena aku bisa dipertemukan lagi dengan pujaan hatiku. Semenjak hari itu juga aku menjadi lebih sering latihan Futsal dan menjadi lebih bersemangat karena Rara yang menjadi Manager Futsalku.
Tetapi, aku merasa sedikit kecewa, karena menurut gossip dan fakta yang beredar, ternyata Rara sudah ada yang punya.
“Yaaah… dia sudah punya pacar rupanya. Sabar dulu deh, semoga aja dia bisa cepet-cepet putus sama pacarnya. Hehe,” doaku dalam hati.
Pada satu waktu, aku dan teman-teman Ekskul Futsalku termasuk Rara piknik ke Kebun Binatang. Aku senang sekali karena aku bisa membonceng Rara. Di perjalanan, aku dan Rara saling bercanda dan tertawa hingga terbahak-bahak. Di situ aku merasakan kalau aku semakin suka dan semakin cinta sama Rara.
Akhirnya, aku dan teman-teman sampai juga di kebun binatang lalu berkeliling-keliling melihat semua yang ada di kebun binatang. Setelah lama berkeliling, selanjutnya aku makan bersama teman-teman yang lainnya juga. Saat sedang makan, aku melihat Rara sedang kerepotan untuk mengikat rambutnya. Lalu Rara memintaku mengikatkan rambutnya.
“Eh Gum, bisa tolong iketin rambut aku ga ?” pinta Rara padaku.
“Oh, iya bisa ko Ra,” jawabku.
Ketika aku sedang mengikat rambut Rara, tiba-tiba teman-temanku langsung bersorak padaku.
“Adeeeuuuhh… Adeeeuuuhh…”
“Foto cepetan biar jadi gossip nanti. Hahaha… “ celetuk Aji sambil mencoba mem-Foto aku yang sedang mengikatkan rambut Rara.
“Eh, jangan ah nanti pacarnya marah atuh,” larangku kepada Aji, tapi Aji tetap saja mem-Foto aku yang sedang mengikat rambut Rara. Mukaku pun berubah jadi merah karena malu.
Empat hari kemudian, aku mendengar berita bahagia langsung dari Rara, kalau dia sudah putus dengan pacarnya. Aku sangat-sangat senang sekali dan hatiku semakin berbunga-bunga karena tau kalau Rara sudah lajang.
“Wah, kesempatan nih tuk dapetin Rara,” semangatku dalam hati.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah, aku mengantarkan Rara pulang ke rumahnya. Di perjalanan aku bicara pada Rara.
“Ra, aku mau ngomong dulu bentar, gapapa ?” pintaku kepada Rara.
“Emm… Emang mau ngomong apa gitu Gum ?” jawab Rara dan balik bertanya padaku.
“Ah nanti aja kalo udah nyampe rumah ya ngomongnya biar lebih enak, boleh ga ?” pintaku lagi.
“Yaudah atuh boleh deh,” jawab Rara setuju.
Tak lama kemudian aku dan Rara pun sampai di depan rumah Rara.
“Ra, seperti janjiku, aku mau ngomong ya,”
“Iya sok Gum ngomong aja,”
Dengan hati yang berdebar-debar, aku lalu bicara padanya walau sedikit terbata-bata.
“Ra… se… sebenernya aku tuh dari dulu dari pertama kita ketemu, aku suka sama kamu. Emmm… Mau ga kamu jadi pacar aku ?” ucapku kepada Rara dengan perasaan sedikit gelisah takut permintaanku ditolak oleh Rara.
“Emmm… Kamu tulus ga dari hati ??” Tanya dia padaku.
“Iya donk… Aku tulus dari hati aku yang paling dalam,” jawabku meyakinkan Rara.
“Yaudah deh kalo gitu, aku mau ko jadi pacar kamu, karena aku juga sebenernya suka sama kamu,” ujar Rara kepadaku.
“Bener nih ??” tanyaku.
“Iya beneeer…”
“Yeee…” sorakku kegirangan karena aku berhasil mendapatkan Rara yang menjadi pacarku.
Aku dan Rara pun saat ini menjalani perjalanan cinta kami berdua. Walau masalah seringkali datang menghadang, tetapi kami mampu menghadapi itu semua. Susah dan senang, sedih dan bahagia, tangis dan tawa kami hadapi bersama. Together Forever  :)

 
BASED ON TRUE STORY : 14032011 “Zahra & Agung”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar